Menulis merupakan salah satu cara untuk menyampaikan ide atau hasil pemikiran. Dengan menulis, kita dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk orang lain yang membutuhkan. Sesederhana apapun kata yang kita tulis itu akan bermanfaat baik bagi penulis sendiri ataupun orang yang membaca tulisannya. Menuangkan kembali ilmu ke dalam tulisan merupakan salah satu cara dalam menyimpan apa yang sudah diketahui, karena pada dasarnya manusia mempunyai sifat pelupa.
Menulis adalah kegiatan literasi yang bisa dilakukan oleh hampir semua kalangan. Bahkan di era virtual sekarang, begitu mudahnya akses untuk menulis. Apabila karyanya terpublikasi maka tentunya nama kita juga akan terkenal di publik. Menulis itu penting, karena menulis sendiri merupakan salah satu perintah dari Allah SWT. Belum lagi adanya berbagai nilai-nilai dalam Islam yang sangat berkesuaian dengan tata cara penulisan ilmiah.
Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto merupakan pesantren yang terkenal dengan pesantren kepenulisan. Tujuan dari kajian kepenulisan ini adalah untuk membentuk kebiasaan menulis pada santri. Kajian kepenulisan ini biasanya dilaksanakan sekali dalam seminggu yaitu pada hari Rabu sore. Diharapkan santri nantinya dapat menuangkan segala ide pemikirannya kedalam bentuk tulisan yang baik dan benar. Bahkan di pesantren ini juga memiliki wadah bagi santri yang memiliki bakat dalam menulis untuk menuangkan gagasan pemikiriannya yang dikenal dengan nama Pondok Pena (PP). Melalui Pondok Pena ini, diharapkan dapat menghasilkan karya-karya santri yang nantinya bisa dikembangkan bahkan bisa dipublikasikan. Kajian kepenulisan di Pesantren Mahasiswa An-Najah ini merupakan bagian dari program pesantren yang menerapkan ajaran Rasulullah saw atau biasa disebut dengan living hadits.
Rasulullah saw memang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis, tetapi beliau menyadari pentingnya kemampuan membaca dan menulis bagi pengembangan umat. Oleh karena itu, pada saat perang Badar terjadi dan kaum muslimin memperoleh banyak tawanan perang. Salah satu cara untuk berbuat baik terhadap tawanan sekaligus mengembangkan kualitas umat Islam pada saat itu adalah bahwa setiap tawanan bisa menebus kebebasannya dengan mengajarkan cara membaca dan menulis kepada kaum muslimin.
Saat umat Islam mengembangkan daerah kekuasaannya hingga ke berbagai wilayah jazirah Arab, maka kemampuan komunikasi juga sangat penting. Rasulullah menulis surat kepada beberapa pemimpin dan pembesar untuk mendakwahi mereka. Oleh karena itu, beliau mengangkat Zaid bin Tsabit untuk menjadi sekertaris beliau. Zaid bin Tsabit merupakan keturunan bani Khazrat yang tinggal bersama Rasulullah di Madinah. Zaid merupakan seorang yang cerdas dan memiliki daya ingat yang luar biasa. Zaid bin Tsabit memiliki peranan penting pada masa penulisan Al Quran dalam sebuah mushaf. Zaid bin Tsabit menunjukkan bahwa kemampuan menulisnya sungguh sangat bermanfaat bagi umat Islam.
Diriwayatkan ada seorang sahabat nabi (dari kaum anshar) duduk dengan penuh seksama mendengar ceramah Nabi. Kata yang keluar dari bibir Rasulullah sebisa mungkin dihafalkannya. Tetapi sekeras apapun dia berusaha, ia tetap tidak mampu menghafalnya. Ketika nabi selesai berceramah, ia memberitahukan masalahnya. Secara langsung nabi menjawab “bantulah hafalanmu dengan tangan kananmu (tulisanmu)”.
إذا سمعت شيئا فاكتبه ولو في الحائط
“Apabila engkau mendengar sesuatu (dari ilmu) maka tulislah walaupun di atas tembok.” (HR. Abu Khaitsamah dalam Al-Ilmu no.146)
Masih banyak lagi manfaat dari menulis. Misalnya, dengan menulis kita jadi lebih mudah mengingat dan memahami ilmu penetahuan yang kita tulis. Seperti sedang dibimbing untuk menanamkan lebih dalam pada benak kita. Dengan menulis, ilmu itu tercatat kuat dalam benak kita. Pada konteks, Rasulullah dalam salah satu hadits bersabda :
قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ
“Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. at-Thabarani).
Tersirat, pesan Rasulullah dalam hadits ini dijelaskan bahwa menulis merupakan media penghubung untuk merekat ilmu, sehingga tidak mudah lupa begitu saja. Tanpa adanya tulisan, kita tidak akan mengenal dan mengetahui perjalanan dari sebuah peradaban masa lampau. Tulisan memberi ragam dan penunjuk tentang karakteristik dari sebuah peradaban. Menulis bisa jadi cara untuk mengembangkan sebuah peradaban. Oleh karena itu, kemunculan media-media daring yang memberikan harapan besar untuk menulis perlu diapresiasi sebagai sebuah uapaya mengembangkan peradaban.
Komentar
Posting Komentar